Sandal Gabus Malang Ternyata Diminati Bule

Berawal dari coba-coba, justru membuat Ali Sasmita menjadi pengusaha yang patut diteladani. Berkat bisnis pembuatan sandal gabus, omzet yang ia raup dalam sebulan, mencapai lebih dari Rp.400 juta.

“Awalnya sih coba-coba. Saya dulunya kan bisnis sarung. Lalu sepi dan macet. Setelah saya menikah dengan istri, barulah mencoba buat sandal,” ungkap Ali Sasmita (43), warga Desa Sumberawan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jumat (26/2/2016).

Kata Ali, istrinya kebetulan warga Desa Sumberawan. Dari sinilah, ia memproduksi sandal gabus sejak tahun 1999. Berawal dari cara manual, Ali membeli bahan baku sandal. Ia lalu memotong dan mendesain sandal sesuai ukuran. Seiring berkembangnya hari, produksi sandalnya banyak menuai pesanan.

Hingga akhirnya, Ali bisa membeli beberapa alat pres sandal dan potong. Dibantu belasan pegawainya, Ali mampu membuat sandal gabus ratusan pasang setiap harinya. Sandal-sandal itu, terbanyak dibeli oleh konsumen di daerah Denpasar, Bali.

“70 persen pangsa pasar saya ada di Denpasar. Sisanya di Jakarta dan Jatim,” ungkapnya.

Menurut Ali, musim hujan seperti ini, juga berpengaruh terhadap proses produksi. Sehingga, omzet penjualan pun menurun sampai 60 persen. “Kalau cuaca normal, sebulan bisa meraup omzet Rp.400 juta. Tapi karena sekarang musim hujan, ya sekitar Rp.250 juta,” bebernya.

Ali berharap sandal buatannya bisa tembus pangsa pasar luar negeri. Namun, hal itu juga tidak mudah tanpa bantuan pemerintah daerah. “Pengennya sih bisa tembus pangsa pasar luar negeri. Kami berharap pemerintah mau membantu soal pemasaran ke mancanegara,” pungkasnya. [bj]

0 Response to "Sandal Gabus Malang Ternyata Diminati Bule"

Posting Komentar

Kirim Komentar Anda:

Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel atau berita yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan kami dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Kami akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.